Friday, November 11, 2011

Dekomposisi Proses dalam Data Flow Diagram

Pengalaman bertahun-tahun mengajar menunjukkan bahwa mengajarkan logika data flow diagram ternyata lebih sulit dibandingkan dengan mengajarkan flowchart. Kali ini, penulis akan sharing tentang prinsip-prinsip membuat data flow diagram bagi pemula. Dalam artikel ini, penulis akan khusus membagikan mengenai bagaimana mendekomposisi proses bisnis dalam merancang data flow diagram.

Pertama, fokus utama dari data flow diagram adalah proses. Apa yang diproses dalam sebuah sistem. Sebagai contoh, dalam siklus penjualan, tentu kita akan memproses transaksi penjualan. Oleh karena itu, dalam diagram konteks, kita akan menggambar satu lingkaran dengan tulisan Sistem Penjualan.

Berikutnya, kita tahu dalam data flow diagram itu ada hirarki, seperti diagram konteks, lalu diagram level nol, diikuti dengan diagram level satu dan seterusnya. Dalam ulasan sebelumnya, penulis katakan bahwa fokus dari data flow diagram adalah proses. Jadi, proses yang satu itu (Sistem Penjualan) harus dipecah-pecah menjadi sub proses dan sub sub proses.

Sebagai contoh lain, misalkan kita medekomposisi kegiatn berpiknik. Berpiknik sebenarnya merupakan kumpulan aktivitas. Aktivitas dalam berpiknik, bisa kita bagi menjadi (1) perjalanan dari rumah ke lokasi piknik, (2) menata lokasi piknik, (3) makan bersama, (4) membersihkan lokasi piknik, (5) jalan-jalan di lokasi piknik, (6) perjalanan pulang ke rumah. Setiap aktivitas (dari satu sampai enam tersebut) bisa dipecah lagi. Sebagai contoh, perjalanan dari rumah ke lokasi bisa dipecah lagi ke kegiatan yang lebih detil, seperti (1.1) menyiapkan mobil, (1.2) loading barang-barang piknik ke dalam mobil, (1.3) masuk ke mobil, (1.4) berdoa bersama, (1.5) berkendara dari rumah ke lokasi.

Dekomposisi proses dalam data flow diagram juga menggunakan logika yang sama. Yang (mungkin) pelik bagi mereka yang baru belajar DFD adalah susah membayangkan proses bisnis. Padahal pemahaman atas proses bisnis inilah yang membuat dekomposisi proses dalam DFD menjadi mudah.

Sekarang, misalkan kita akan merancang DFD sistem penjualan. Pertama, kita harus tahu ssitem penjualan dalam perusahaan itu seperti apa. Dalm buku-buku SIA, gambar DFD yang ada membahas mengenai sistem penjualan kredit dengan tahapan yang paling lengkap. Jadi, biasanya sistem penjualan akan dipecah menjadi subproses berikut.

  1. Pemesanan (order) oleh pelanggan . 
  2. Pengiriman barang
  3. Pengiriman faktur (tagihan)
  4. Menerima pelunasan kas dari konsumen

Di atas, penulis katakan bahwa subproses tersebut adalah subproses sistem penjualan kredit dengan tahapan yang paling lengkap. Jadi subproses tersebut tidaklah dapat diterapkan dalam semua perusahaan. Adakalanya subproses tersebut perlu direvisi agar sesuai dengan konteks sebuah perusahaan.

Sebagai contoh, misalkan kita akan membuat DFD untuk merekam penjualan di toko swalayan, Sub proses mana yang relvan? Kita tahu, dalam toko swalayan, hanya ada penjualan tunai. Oleh karena itu, keempat subproses tersebut akan terjadi pada saat yang bersamaan. Jadi, dalam DFD penjualan tunai swalayan, sistem penjualan akan dipecah langsung menjadi (1) merekam barang yang dipesan konsumen dan (2) mencatat penerimaan kas.

Sebagai contoh lain, misalkan ada dua perusahaan yang sama-sama melakukan penjualan kredit. Perusahaan yang pertama memiliki kebijakan bahwa setiap order harus diikuti dengan satu kali pengiriman barang, dan harus dilunasi sekaligus dalam tempo 30 hari. Faktur sebelumnya mesti lunas, agar konsumen bisa memesan barang lagi. Perusahaan yang kedua, memiliki kebijakan yang berbeda. Konsumen boleh membeli dan membeli lagi, tiga kali bahkan empat kali, yang penting total penjualan kredit ke seorang konsumen tidak lebih dari limit kredit konsumen tersebut. Nantinya, pada saat pelunasan piutang, konsumen boleh melunasi 4 atau 5 atau bahkan 8 faktur sekaligus. Apa konsekuensi dari perbedaa kebijakan tersebut dalam menggambar DFD? Mungiin gambar DFD siklus penjualan kedua perusahaan tersebut serupa, tetpi perbedan kebijakan tersebut akan mengakibatkan perbedaan rancangan dokumen dan rancangan database.


Artikel Data Flow Diagram
  1. Dekomposisi proses dalam Perancangan Data Flow Diagram
  2. Kesalahan dalam Pembuatan DFD: Miracle dan Blak hole
  3. Data Flow Diagram yang Ilegal



No comments: