1. Rekening Aset
2. Rekening Utang
3. Rekening Ekuitas atau rekening Modal
4. Rekening Pendapatan
5. Rekenking Beban
Jika perlu, perancang sistem atau perusahaan dapat juga menambahkan kelompok rekening lain, seperti
6. Rekening Pendapatan di luar usaha atau Rekening Pendapatan Lain-lain
7. Rekening Beban di luar usaha atau Rekening Beban Lain-lain
Pengelompokkan rekening ini, bukanlah harga mati. Yang penting dalam pembuatan rekening dan pengelompokan rekening adalah, rekening ini harus sesuai dengan kondisi perusahaan. Misalnya dalam perusahaan manufaktur, bisa saja perancang sistem memilih untuk mengelompokkan rekening menjadi seperti berikut ini.
1. Rekening Aset
2. Rekening Utang
3. Rekening Ekuitas atau rekening Modal
4. Rekening Pendapatan
5. Rekening Harga Pokok Penjualan
6. Rekening Harga Pokok Produksi
7. Rekening Beban penjualan dan administrasi
8. Rekening Pendapatan di luar usaha atau Rekening Pendapatan Lain-lain
9. Rekening Beban di luar usaha atau Rekening Beban Lain-lain
8. Rekening Pendapatan di luar usaha atau Rekening Pendapatan Lain-lain
9. Rekening Beban di luar usaha atau Rekening Beban Lain-lain
Dua hal yang perlu diingat dalam membuat kode rekening adalah istematis dan fleksibel (untuk menampung perkembangan bisnis di masa yang akan datang).
Sebagai contoh dan pembanding, penulis menyajikan contoh kode rekening untuk sebuah swalayan dan kode rekening untuk salon. Dapat dilihat, perbedaan kode ditentukan oleh karakteristik usaha, karakteristik perusahaan serta kebijakan manajemen.
No comments:
Post a Comment