Sebagai contoh, Bapak Sentot memiliki sebuah toko mebel. Sepanjang hari, Bapak Sentot merekam penjualan dalam faktur secara manual (dalam artian pakai kertas dan balpoin). Setiap sore, Bapak Sentot menyerahkan setumpuk nota kepada istrinya. Keesokan harinya, ibu Sentot akan menginputkan transaksi penjualan ke dalam komputer. Demikian setiap hari.
Sekalipun online transaction system sudah menjamur, batch processing system masih dapat dipertimbangkan untuk dipakai. Berikut penulis sajikan beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan, mengapa perancang sistem memilih batch transaction processing.
- Batch transaction system dalam sistem penjualan masih memungkinkan jika jumlah transaksi dengan konsumen per hari tidak terlalu banyak. Dengan demikian pengulangan pekerjaan (membuat nota secara manual dan menginput ulang transaksi ke dalam aplikasi) tidak menjadi beban yang berat.
- Batch transaction system adakalanya dipilih untuk menangani back end accounting perusahaan. Jadi, perusahaan bisa memilih untuk merekam penjualan dengan aplikasi online. Kemudian pada akhir hari, bagian akuntansi memproses posting ke dalam jurnal dan buku besar setelah melakukan verifikasi terhadap transaksi sepanjang hari. Jadi, aplikasi penjualan adalah aplikasi online, tetapi aplikasi akuntansinya adalah aplikasi batch. Memang ada juga perancang sistem yang memilih untuk membuat aplikasi yang akan otomatis membuat jurnal langsung pada saat penjualan dicatat (seperti MYOB, misalnya).
Artikel lain terkait dengan batch processing system adalah sebagai berikut.
No comments:
Post a Comment